Rebranding, Pertamina Marine Engineering Garap Bisnis Jasa Bawah Air

068227600_1667489648-WhatsApp_Image_2022-11-03_at_8.05.52_PM

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) Group melakukan rebranding terhadap anak perusahaan. Salah satunya yaitu Peteka Karya Jala (PKJ) yang bergerak di bidang dredging, salvage, under water services, waste management, fresh water provider, dan EPC.

Anak usaha ini kini berubah menjadi Pertamina Marine Engineering (PME). Proses rebranding dan restrukturisasi bisnis berlangsung sejak 2021.

Direktur Pertamina Marine Engineering (PME) Yada Prawira Ganta menyatakan PME memiliki kekuatan secara kompetitif dan diakui established pada bisnis jasa bawah air (under water service).

“Kami sudah mengantongi izin usahanya, memiliki peralatannya secara lengkap, dan juga pengalaman menggarap unit bisnis ini. Terutama kami memiliki para penyelam handal,” jelas dia dalam keterangannya, Kamis (3/11/2022).

Dikatakan, jasa pelayanan bawah air merupakan unit bisnis yang dikembangkan di lingkungan internal Pertamina. Itu sebabnya pihaknya memahami seluk beluk operasional, dengan segala infrastruktur yang disediakan Pertamina. Demikian juga dengan unit bisnis dredging (pengerukan) yang kebutuhannya cukup banyak saat ini. 

“Kami sudah memahami bagaimana jalinan jejaring (network)nya, termasuk juga mitra kerja yang kredibel dan biasa bekerja sama di lingkungan perkapalan,” tutur Yada yang sejak 2007 berkarir di Pertamina.

Proses rebranding ini berlangsung sejalan dengan perpindahan bisnis dari anak usaha grup PTK yang sebelumnya dikelola oleh Peteka Karya Tirta (PKT) kepada PME di bidang bisnis penyediaan air baku (fresh water). Secara bertahap PME tengah mempersiapkan bisnis pengelolaan berbagai limbah dari kapal tanker.

“Salah satu target kami dalam pengelolaan limbah dapat mengedepankan kerjasama strategis, yaitu dengan menggandeng partner usaha yang kompeten dan berpengalaman lebih banyak. Dengan peluang pasar cukup besar, serta pengalaman kami, lokasi usaha yang tersedia, nantinya tinggal melengkapi sarana peralatannya melalui kerjasama kemitraan ataupun konsorsium,” lanjut dia.

Ini menjadi strategi korporasi mengingat di lingkungan wilayah kerja Pertamina, area terbentang dari Sabang sampai Merauke.

Itu sebabnya perusahaan perlu melengkapi divisi bisnis ini dengan infrastruktur pendukung di bidang pengelolaan limbah, baik dengan mengembangkan kelengkapannya, termasuk berinvestasi secara menyeluruh maupun parsial.

Proses Rebranding Selesai Dalam Satu Tahun

Proses rebranding anak usaha PTK termasuk restrukturisasi bisnis yang sudah berjalan sejak pertengahan tahun yang lalu masih berlangsung sampai sekarang.

Kendati demikian diupayakan prosesnya tuntas lebih cepat. Ke depannya proses rebranding anak usaha PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) ditujukan agar PTK menjadi ‘one stop service’ di bidang bisnis maritim.

Sebagai bagian dari PT Pertamina International Shipping (PIS) selaku subholding IML, PTK memiliki 26 ruang lingkup usaha. Masing-masing anak usaha akan disesuaikan dengan kompetensi (keahlian) dan kekuatan yang dimiliki.

Yada mengemukakan, kesiapan menjadi one stop service menjadi tantangan perusahaan, selaras target PTK 5 sampai 10 tahun ke depan.

Seperti meningkatkan keunggulan operasional, mengembangkan pangsa pasar di Pertamina Grup sampai tahun 2026, serta memperluas pasar global sebagai penyedia layanan kelautan terkemuka dengan standar internasional.

Dalam proses rebranding Yada menyatakan saat ini tengah mempersiapkan proses bisnis, diantaranya kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM), kompetensi organisasi, termasuk legalitas perizinan.

“Kami siapkan juga infrastruktur fundamental dan kelengkapannya secara bertahap, sehingga kuartal keempat tahun ini proses tahapan rebranding selesai dilakukan. Setelah itu kami perlu menyosialisasikan kepada seluruh pelanggan internal dan eksternal,” kata dia.

Posisi Kontrak Kerja

Seluruh kontrak pekerjaan yang sebelumnya atas nama Peteka Karya Jala (PKJ) dilakukan amandemen sebelum akhir tahun ini, sampai berganti nama secara resmi, sehingga seluruhnya bermigrasi menjadi PME kuartal keempat tahun ini.

“Kami lakukan bertahap antara lain menyusun skema proses bisnis baru sebagai adaptasi (penyesuaian), mengidentifikasi para pelanggan termasuk seluruh pemangku kepentingan, sampai memastikan tidak terjadi kekosongan di berbagai lini,” tutur dia.

Ketika sampai tahap implementasi kami persiapkan kapal-kapal kami, termasuk mengadakan berbagai coaching bagi kekuatan SDM, dan juga penyesuaian sistem pelaporan akuntansi keuangan berbasis aplikasi MySAP. Kami perlu mengidentifikasi sistem pendanaan dan pengelolaan keuangan di lingkungan PTK Grup.

“Perubahan terbesar adalah dalam adaptasi fisik, karena akan mengubah struktur yang disesuaikan dengan kebutuhan PME di masa depan, berubah menyesuaikan kebutuhan bisnis dan korporasi.

“Dulu kami menggunakan fungsi yang ada di induk perusahaan PTK, namun ke depan bagian tersebut akan dibentuk di dalam PME,” pungkasnya.